Langsung ke konten utama

Unggulan

Episode : Entah Berapa — Skripsiku sayang, Skripsiku malang

 Shout out to no one who's waiting on my next post Hehe. Kembali lagi bersama dengan Anggia disini since this blog belongs to me. Only. Di postingan yang pertama di tahun 2022 ini i just want to inform you guys, proudly that aku lulus! Im gonna be really honest that my thesis is so far from smooth but THANK GOD, i can go through it. Keinget banget pertama kali seminar proposal gue cuma bisa cengo saat ketua penguji dan penguji I "menawarkan" gue judul baru, sambil bertanya kenapa latar belakang gue per paragrafnya kaya ga berkesinambungan. I wish i could give any defense to the judges but hm... Im failed :(. Setelah mengalami mental breakdown ngerjain revisian skripsi dengan judul dan topik baru and almost lost my courage karena cuma dikasih waktu seminggu, finally i made it dan lembar revisi gue di ttd semua dosen yang terlibat dalam penelitian. Did it stop there? No—Duh. Pas sidang juga gw ga seberuntung teman yang lain karena waktu gue kepotong banyak akibat mahasiswa

Sebuah Surat untuk Syamsul

oleh: Anggianni
 
Halo, Syamsul. Apa kabar? Senang rasanya dapat memberikanmu surat lagi. Aku masih tinggal di Jalan Bidara, di rumah yang berpagar besi dengan cat biru muda yang sudah mengelupas itu. Rasanya sudah 5 tahun kita tidak berjumpa. Aku disini baik-baik saja syukurlah. Ayahku sudah menikah lagi dengan wanita lain dan abangku bekerja di luar kota. Syukurlah aku cukup beruntung, Ibu sambungku cukup baik. Beliau terkadang mengingatkanku dengan mendiang Ibuku.

Apa keluargamu sehat? Sudah lama aku tidak mendengar kabar mereka. Kurang lebih 5 tahun lalu mereka mampir ke Jalan Bidara, saat perayaan lebaran Idul Fitri. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kukira aku tak akan bisa membiarkan keadaan ini berlangsung sampai segini lama. Namun ternyata aku cukup kuat juga, aku pun tak menyangka. Lima tahun ini rasanya cukup berbeda, bukan?

Kita sekarang sudah merdeka, Syamsul. Meski terkadang radio usang keluargaku menyuarakan berita yang agak menegangkan, namun malam dan siangku kini lebih tenang. Hidup juga rasanya sudah lama membaik beberapa waktu belakangan ini. Sayang, kau tak sempat merayakan kemerdekaan ini bersamaku. Tapi tak apa. Aku akan menceritakan kepadamu lain kali, tentang hari besar itu. 

Kapan hari aku teringat ketika kau datang ke rumahku. Bukannya masuk ke dalam ruang tamu dan menyalami Ibu dan Ayah, kau malah duduk bersimpuh di muka pintu. Mengelus-elus si Belang, kucing gendut yang sering meminta makan di rumah kami. Hampir setengah jam kau disana, membelainya dan memainkan kalung dari rajutan benang usang yang kubuat untuknya. Kucing itu pun sampai sekarang masih sering kemari. Apalagi kalau bukan meminta makan. Tingkah polahnya pun sama, Syamsul. Dia senantiasa menggelungkan tubuhnya tepat di muka pintu. Terkadang dia tidur, atau duduk saja di muka pintu sambil menatap jalan setapak didepan pagar rumahku. 

Ternyata sudah 5 tahun ya, Syamsul kita tidak bertemu. Maaf, beberapa hari ini aku tak sempat datang kemari. Banyak hal yang berubah, dan aku harus terbiasa, meskipun banyak juga yang tidak. 

Syamsul, minggu depan aku akan menikah. Aku tak tau banyak tentang pria itu, tapi kata Ayah dia seorang mantri yang cukup disegani di kampung sebelah. Aku tak bisa banyak menentang Ayah, kau sudah hafal lah bagaimana beliau perilakunya. Jujur, ini bukan inginku, tapi Ayah dan Ibu sudah tak sabar lagi menunggu aku segera dipinang. "Sebelum kami berdua wafat," begitu kata mereka.

Aku tak punya pilihan, Syamsul.

Aku sungguh minta maaf.

Aku tidak berjanji akan sering datang, namun kupastikan pria itu tak akan melarangku jika suatu saat aku ingin kemari. Aku akan tinggalkan surat ini ya, Syamsul. Nanti akan kugulung dan kumasukan ke botol kaca yang berada di atas keramik nisanmu. Kupastikan untuk menyumbat bibir botolnya dengan sumbatan kayu. Aku harap Tuhan akan membacakan surat ini untukmu, dan menyampaikan rasa maafku padamu.

-Ani, Hari 27 bulan 08 tahun 1950


NOTE: 

Malam semuanya. Ini adalah cerpen pertamaku yang di publish di blogspot ini. Maaf jika gaya tutur dan latarnya tidak terlalu mengekspresikan keadaan di tahun 1950 ya. Semoga suka dan terima kasih. 


Komentar