Langsung ke konten utama

Unggulan

Episode : Entah Berapa — Skripsiku sayang, Skripsiku malang

 Shout out to no one who's waiting on my next post Hehe. Kembali lagi bersama dengan Anggia disini since this blog belongs to me. Only. Di postingan yang pertama di tahun 2022 ini i just want to inform you guys, proudly that aku lulus! Im gonna be really honest that my thesis is so far from smooth but THANK GOD, i can go through it. Keinget banget pertama kali seminar proposal gue cuma bisa cengo saat ketua penguji dan penguji I "menawarkan" gue judul baru, sambil bertanya kenapa latar belakang gue per paragrafnya kaya ga berkesinambungan. I wish i could give any defense to the judges but hm... Im failed :(. Setelah mengalami mental breakdown ngerjain revisian skripsi dengan judul dan topik baru and almost lost my courage karena cuma dikasih waktu seminggu, finally i made it dan lembar revisi gue di ttd semua dosen yang terlibat dalam penelitian. Did it stop there? No—Duh. Pas sidang juga gw ga seberuntung teman yang lain karena waktu gue kepotong banyak akibat mahasiswa

3rd Episode : Family Gathering bikin Stress?

 Jakarta, 19 Desember 2020


Welcome back to my youtube channel  Blog, kembali lagi dengan Anggia yang sudah entah berapa lama hiatus tidak melanjutkan episode label "Manajemen Konflik dan Stress" ini, huhu bawaannya pengen nangis aja aku tuh kalo udah berhadapan sama tugas yang ga habis habis rasanya tuh kaya ndjsduhklI SUSAH DIJELASIN!!!

But anyways, I'm here to continue this series because I have something to deliver to you guys yang tentu saja berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Konflik dan Stress dibawah bimbingan Ibu Alnisa. Jadi waktu itu, aku lupa kapan persisnya pokoknya bu Alnisa pernah nanya pas lagi kelas kaya gini: "Disini ada ga yang mau nyeritain soal stressnya di organisasi? Kan kalian mahasiswa pasti ada gabung di organisasi kan?" 

Ketika Bu Alnisa bertanya soal itu, kaya huhu semua yang kejadian di saat tiba-tiba aku jadi stress itu, kaya diputar kembali. Rasanya sulit aja gitu buat sampein karena itu salah satu pengalaman yang cukup buruk buat aku. Ceritanya kurang lebih begini:

Aku terpilih menjadi ketua panitia pelaksana kegiatan Family Gathering untuk organisasi tempat aku bernaung di kampus, kurang lebih awal Januari 2020 ini. Konsep acara ini tuh kumpul-kumpul antar anggota organisasi aktif sekaligus alumni, namun dikemas dalam buka puasa bersama yang artinya medio Mei-Juni acaranya. But as we guys know, ada pandemi dan ga memungkinkan acara ini untuk digelar secara offline, menyewa restoran atau kafe dan sebagainya. Dan tentu saja kalo dipaksakan organisasi akan kena masalah.

Acara ini terus diundur mengingat pandemi yang ga kelar kelar, dan diiringi dengan kami sebagai anggota organisasi yang sibuk dengan program kegiatan kami yang lain yang lebih memungkinkan untuk dilaksanakan secara online terlebih dahulu, dibanding family gathering ini. Sampai akhirnya Badan Pengurus Harian organisasiku itu di akhir september (kalau ga salah), memutuskan untuk mengadakan acara ini, di bulan November dengan konsep online.

Long story short, setelah banyak situasi yang cukup kompleks apalagi di medio akhir oktober aku masih jadi Sekretaris di satu program kegiatan lain, rasanya kaya semua beban tuh ada di bahu. Sangat sulit untuk bisa istilahnya istirahat setelah rapat atau kuliah berakhir, atau sekedar tidak mengecek whatsapp, karena semuanya "memberondongi" dalam waktu yang cukup berdekatan. 

Tapi ini cerita sebenernya kalo di ceritain sampe ke detail-detailnya bakal banyak sakit hatinya sih huhu mana kuat aku, aku bakal sampein point-pointnya aja yaa.

Setelah rapat dan gladi resik yang udah beberapa kali dijalankan, sampailah juga ke hari H. Dimana acara akan dihadiri oleh pembina organisasi tersebut dan pelatih, dan juga pemberian sambutan dari Ketua Umum, sekaligus Ketua Pelaksana yaitu aku.

Acara  mulai jam 1 dan aku selaku ketua pelaksana memberi arahan ke divisi acara kalau kita punya waktu 30 menit untuk menunggu anggota dan alumni masuk, dan MC boleh menyampaikan itu ke haidrin, waktu tunggu ini sekaligus untuk memastikan semua pengisi acara di setiap sesi sudah hadir. Nah, yang jadi pemicunya dimulai dari sini.

Salah satu orang alumni terang-terangan bilang kalau 30 menit itu terlalu lama, dan itu artinya acara di reschedule ditambah dengan embel-embel, "Emangnya kita ga ada kesibukan lain apa?", dan sayangnya diamini oleh alumni-alumni yang lain kaya: "Iya lama banget ni,". "Kapan ya mulainya, kok maish pada diem aja?".

Disitu grup panitia mulai heboh, karena situasi di zoom juga bikin panitia kurang nyaman. Bodohnya aku disitu dan temen-temen BPH Acara (Sekretaris Acara dan Bendahara Acara), ga bisa ambil keputusan cepat, karena kita semua panik. Memajukan acara juga ga akan semudah itu, karena urutan acaranya disusun sesuai dengan si waktu tunggu yang 30 menit itu tadi.

Singkat cerita, setelah berjalan waktu tunggu kurang lebih 20 menit akhirnya acaranya jalan juga, meski udah dimulai dengan situasi yang kurang enak. Setelah acara berlangsung juga masalah ga habis-habis bermunculan. Yang semua microphone nyala lah sampe bikin suasana zoom riuh, atau satu pengisi sesi acara yang dapet "jatah ngomong" lebih sedikit dibandingkan yang lain, di games juga sama karena rebut-rebutan jawaban, tapi udah ngejawab sebelum ditunjuk MC. Haduhhh.

Kalau boleh jujur, sepanjang acara itu aku berkeringat banget sampe tangan dan kakiku dingin. Pas aku sampain sambutan juga, suaraku kedengeran kaya gemetar karena antara kalut, panik, bingung gitulah. Pun yang dirasakan sama temen temen BPH Acara dan Divisi Acara. Kami merancang acaranya dengan pedoman "Meramaikan yang Hening," bukan "Mengheningkan yang Ramai." Jadi kalo dibilang kacau, ya itu kacau. Dibilang ga sesuai rencana, ya ga sesuai rencana. 

Ketika waktunya hari evaluasi kegiatan, aku minta maaf sekaligus mewakili BPH Acaraku yang juga sama ga cekatannya dalam menghadapi situasi kemarin itu. Untungnya, panitiaku  justru malah bersyukur karena acaranya "ramai", meskipun jadi susah dikendalikan, tapi paling tidak semua hadirin senang dengan susunan acaranya, bisa bernostalgia dan kangen-kangenan sekaligus main games berhadiah bareng. Mereka cuma kecewa kenapa kami malah membuat waktu tunggu yang begitu lama, meski akhirnya semua baik baik aja.

Back to topic, ketika dikasih pressure saat itu dan gatau harus ngapain, rasanya memang alamiah ketika tubuh memberikan reaksinya. Seperti contoh waktu kegiatan itu berlangsung, badanku beneran basah karena keringat karena terlalu takut untuk mendapat komplain selanjutnya, selama kegiatan acara. Waktu itu salah satu teknik Coping yang aku lakukan yakni Distancing. Selama 2 jam acara berlangsung itu, mataku ga selalu fokus ke layar zoom meetingnya, namun lebih ke mengkordinasikan grup panitia besar dan grup divisi supaya di urutan acara yang selanjutnya, bisa lebih baik dibanding di awal acara tadi. Ini juga lebih baik karena meskipun tidak ada keluhan lagi soal acaranya gimana, zoom meetingnya masih terlalu rame buat aku dan aku gayakin bisa denger mereka becanda dan ngobrol saut-sautan.

Setelah acara, aku langsung berterima kasih ke seluruh panitia, BPH Umum dan BPH Acara karena sudah bekerja keras di sepanjang hari itu. Aku juga langsung telpon Sekretaris Acaraku, karena disaat seperti itu aku butuh ngobrol biar ga ngerasa sendirian. Dalam 2 jam itu, aku dan panitiaku harus nerima semua yang terjadi meski ga sesuai sama apa yang kami susun. Boro-boro mau kasih Defense Mechanism, buat ga gugup dan tetep stay waras aja susah banget huhu.

Tapi itulah kenapa acara ini harus berakhir dengan cara yang kaya gitu, ya karena biar ada pelajaran yang bisa diambil. Apalagi untuk temen-temenku yang akan jadi BPH Acara Family Gathering di tahun selanjutnya.

Harapan aku pribadi semoga mereka lebih mampu mengelola stress di  saat itu daripada aku, dan juga lebih matang mempersiapkan acara :)

Anyway I think that's all. See you in the next episode :)